Jumat, 09 Desember 2016

Sekilas Tentang Benteng Rotterdam



Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Benteng Rotterdam yang didalamnya terdapat Museum lagaligo menyimpan seribu kisah masa lalu bangsa ini khususnya sejarah peradaban jazirah Sulawesi bagian Selatan yang mayoritas didiami oleh etnis Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar. Peninggalan kebudayaan leluhur tersimpan rapi di benteng ini.
Sewaktu Admin Pustaka Sekolah mengunjungi Tempat ini, suasananya lumayan tertata rapi, jauh dari kesan meseum atau peninggalan masa lalu dipikiran kita yang terkesan terbengkalai. Yup ruang – ruang Pada Museum lagaligo tertata elok, dengan dilengkapi alat pendingin (AC) serta masing-masing ruangan dilengkapi dengan camera cc sebagai alat keamanan dari tangan jahil. Pengunjung ke Benteng Rotterdam pun mulai ramai yang terdiri dari banyak kalangan.
 
Deskripsi Museum Lagaligo Benteng Rotterdam
Museum Lagaligo benteng Rotterdam sendiri terbagi kedalam beberapa ruangan antara lain: Ruang Pra-sejarah yang memuat benda-benda prasejarah, kemudian ruang Agraris yang memuat alat-alat yang dipakai pada masa pertanian Tradisional Sulsel, Trus ruang Maritum yang menyimpan alat-alat kelautan dan kemaritiman Sulsel yang terkenal ulung dalam mengarungi Samudera. Ruang selanjutnya adalah ruang Tata Kota, disini tersimpan alat-alat yang dipakai pada zaman Kota Klasik Makassar.
Ruang selanjutnya adalah ruangan tempat Foto orang-orang besar Sulsel, diantaranya Foto Sultan Hasanuddin, Arung Palakka, Syeikh Yusuf, Amanna Gappa, Andi Jemma, Pembesar Kompeni Speelman, foto Perjanjian Bongaya dll. Ruag selanjutnya adalah ruang foto Kepala Daerah Sulsel. kemudian ruang lainnya adalah Ruang Senjata Tajam/Api diantaranya badik, keris, Pedang, Tombak khas empat suku besar Sulawesi bagian selatan, senjata api klasik VOC pun tersedia ditempat ini, diantaranya Pistol emas, Meriam berbagai ukuran, serta peluru pistol, bedil dan meriam berbagai ukuran. Masih bayak ruangan-runangan sejarah pada musium ini, dan yang tak kalah bersejarahnya adalah Bekas penjara pangeran Diponegoro.
Fasilitas Museum lagaligo tergolong lengkap, jika anda suka membeli cindera mata, maka di dalam kawasan benteng Rotterdam terdapat stand yang menjual cindera mata khas Sulawesi, diantaranya Lipa’ Sabbe, Songkok Guru, Buku-buku sejarah Sulsel, Hiasan dinding antik serta cindera mata lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar